Jumat, 11 April 2014

Ku Jemput Engkau di Sepertiga Malam

Sekitar akhir bulan Februari saya mendapat info buku baru dari timeline twitter. Lupa akunnya siapa. Judulnya sangat sangat menarik "Ku Jemput Engkau di Sepertiga Malam". Dan ternyata setelah dikepoin itu bukunya Mbak Peggy Melati Sukma. Sejak saat itu saya jadi agak sering buka timeline twitternya mbak Peggy @peggymelatis. hehe... Saya penasaran dengan bukunya. Saking penasarannya sebenernya mau ikutan PO tapi lagi berhemat juga karna bulan kemarin lagi "mabuk beli buku". Dan akhirnya baru tanggal 31 Maret kemarin kesampaian beli di Gramedia. Taraaa... \[^_^]/


Saya ingin mereview sedikit tentang isi buku ini. Buku ini bermula dari cerita Mbak Peggy saat menikah di usia 31 tahun dan kesupersibukannya dengan berbagai kegiatan keartisan, kegiatan sosial dan bisnisnya. Namun, dengan berbagai kesuksesannya di segala bidang, tidak sejalan dengan kehidupan pernikahannya. Mbak Peggy dan suaminya kala itu sama-sama super sibuk. Selama berumah tangga. karena kesibukan yang sama-sama luar biasa, sampai tidak punya waktu untuk belajar secara khusus untuk menjadi suami istri, misalnya memperdalam dari guru-guru agama atau sahabat-sahabat yang sudah menikah maupun khusus mempelajari dari buku. (Mantan) suami Mbak Peggy adalah seorang mualaf, sehingga awal-awal menikah Mbak Peggy fokus mengajarkan tentang shalat, dan alhamdulillah dalam waktu 3 bulan sudah lancar shalat.

Faktor kelelahan psikis dan fisik yang sepadan antara Mbak Peggy dan (mantan) suaminya menjadi bom waktu yang tertanam, menunggu meledak. Dengan tingkat kelelahan yang demikian, nyaris tak ada salah satu yang bersikap sensitif untuk mengalah, memahami, dan mengayomi. Dan kemudian yang terjadi mereka menjadi mudah emosi. Dalam kondisi konflik yang memuncak, mereka sering menenangkan diri dengan cara berpisah di rumah masing-masing. Permasalahan yang menurut saya sangat pelik ternyata oleh Mbak Peggy disembunyikan dari kedua orangtuanya. Namun, lambat laun tentu saja seorang ibu pasti akan menyadarinya.

Selama penikahannya yang cukup krusial, Mbak Peggy semakin super sibuk. Bahkan saking sibuknya pernah selama 3 hari kuat tidak tidur. Haduuh, kalau saya mbak udah keliyengan tuh. Ketika dini hari Mbak Peggy sering berada di restonya, untuk menyendiri dan melanjutkan kerjanya. Dan di jam-jam itu, ibunya tetap rajin mengirimkan pesan mengingatkan untuk melaksanakan shalat tahajud. "Pulanglah pada Tuhanmu, Gy. Cari Allah. Dia tak pernah pergi. Kamu yang tersesat jalan. Ayo, pulang ke Allah. Laksanakan yang wajib, dan muhassabbah dengan qiyyamul lail. Ayo, Egy mulai Tahajud lagi ya". Subhanallah...

Pada akhirnya Mbak Peggy mengubah ritme tidurnya untuk merutinkan shalat tahajud. Berawal dengan mencoba untuk tidur lebih tenang dan membiasakan berwudhu sebelum tidur. Setelah berhasil target selanjutnya adalah tidur lebih awal agar bisa bangun di sepertiga malam.

Setiap memanjatkan doa Mbak Peggy memasrahkan segalanya kepada Allah. "Ya Allah, tolong aku dari semua kegaduhan ini dengan caraMu, bukan caraku" Begitu indah doa ini. Sikap kepasrahan seorang hamba kepada Sang Pencipta. Karena yakin Allah akan memberikan yang terbaik. :) Dan salah satu bagian paragraf yang saya senangi adalah paragraf di halaman 97. Ada sebuah hadis yang diriwayatkan Al-Bukhari, Muslim dan Imam Ahmad yang sering dibaca ulang oleh Mbak Peggy. Hadisnya seperti ini. Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT berfirman, yang artinya: 'Aku sesuai dengan keyakinan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya jika ia menyebutKu. Jika ia menyebutKu dalam dirinya. Aku pun akan menyebutnya di dalam diriKu. Jika ia menyebutKu di suatu tempat maka Aku akan menyebutnya di tempat yang lebih baik daripadanya. Jika ia mendekat kepadaKu satu jengkat. Aku akan mendekat kepadanya satu lengan. Jika ia mendekat kepadaKu satu lengan. Aku akan mendekat kepadanya satu depa. Dan jika ia mendatangiKu dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berjalan cepat." Allahu Akbar... membuatku rindu padaNya..

Semakin hari Mbak Peggy mendekatkan diri kepada Allah, dan janji Allah tidak akan pernah ingkar. Satu persatu permasalahan Mbak Peggy relatif mencair. Begitu juga permasalahan dalam rumah tangganya. Akhirnya Mbak Peggy yakin untuk mengajukan gugatan cerai. Bulan November 2011 gugatan cerai dikabulkan pengadilan.

Untuk membiasakan shalat tahajud di salah satu halaman ada tipsnya. Masa "pelatihan" awal untuk membiasakan shalat Tahajud dan qiyyamul lail adalah 40 hari nonstop. Caranya dengan memasang alarm yang sama selama 40 hari dan paksakan diri untuk bangun lalu bertahajud dan qiyyamul lail. Jika ada bolong, usahakan melanjutkan dengan mengganti pada hari setelahnya, sampai genap melakukan Tahajud selama 40 hari. Jangan ada jeda hari yang terlalu jauh karena akan kontraproduktif untuk pelatihan pembiasaan diri ini. Setelah 40 hari mencoba, maka ujilah tubuh tanpa alarm, mudah-mudahan sudah menjadi kebiasaan bagi tubuh. #TipsShalatTahajud

Bismillah masih tetap berproses merutinkan shalat tahajud. Alhamdulillah ada buku ini jadi semakin termotivasi. Dan terimakasih ibu yang nggak bosen-bosennya dari dulu mengingatkan untuk shalat malam. ^_^

"Aku konsentrasi membenahi ibadah-ibadahku. Mencoba fokus pada hal tersebut dan laku diri. Hal lain-lain, aku mohonkan terus agar Dia saja Yang Maha Pengatur agar mengaturkan segala sesuatunya bagiku. Dia adalah Sang Maha Panitia hidupku. Biar Dia yang mengatur segalanya. Aku tak mau lagi sombong, pongah, sok tahu, sok kuat, sok bisa. Aku sudah berserah. Maka, sikapku harus selaras dengan hatiku." *halaman 136

Sungguh indah ketika Allah telah memberikan hikmah & hidayah pada hambaNya. :)

1 komentar:

  1. mbg minta dimana alamtnya buat download bukunya soalnya yang sampean ke sukorejo kita gag kebagian

    BalasHapus