“Aku nggak bisa”
“Aku nggak mampu”
Kadang kalimat itu sering terucap ketika dalam posisi yang
menurut kita nggak mampu. Kalau dipikir lagi sebenernya dulu pun kita pernah
belum mampu melakukan suatu hal, namun setelah kita coba berkali-kali hal yang
kita anggap tidak bisa ternyata bisa kita lakukan. Di sini saya mau berbagi
pengalaman tentang habits.. Eiittsss tapi jangan anggap saya expert dulu ya..
hehe.. Saya masih taraf belajar. Catet yaaa... hehe.. suka belajar dan
berbagi..
Saya tipe cewek yang punya sisi cerewet, tapi lebih gede
sisi pemalunya. Loh?? Jadi..? Sebagai contoh ketika disuruh maju berbicara di
depan, sejujurnya saya mau tapi seringnya malu. Banyak pikiran negatif muncul,,
nanti kalau salah ngomong gimana? Mau ngomong apa? Takut ngeblank.. dan masih
banyak negatif thinking yang lain. Bumerang banget ini... Mau tapi malu. Akhirnya
deh saya nggak mungkin gini gini terus. Saya bisa.. saya bisa.. saya bisa..
Berusaha menghancurkan ke-negatif thinking-an ku. Berusaha berani meskipun saya
belum bisa berbicara panjang lebar seperti halnya dalam menulis (ketika good
mood), hehe...Tapi lumayan lah ada perubahan.. Ini habits.. Hanya masalah
kebiasaan.. Saya yakin orang-orang yang pasif berbicara dalam forum sebenernya
ada lah keinginan untuk aktif namun pastinya ada faktor X yang menghambat.
Justru ini yang perlu kita gali dan pecahkan masalahnya..
Contoh habits yang akhir-akhir ini saya biasakan adalah membiasakan menggunakan
masker ketika berpergian. Dulu si ibu seriiingggg banget nasehatin “pake masker,
liet itu mbak .... kalau naik motor pake masker, jaga paru-parunya” begitulah kira-kira
yang sering diucapkan dan hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri. *upsss .
Alasan saya karena “nggak bisa nafas bu” “nggak kuat”. Eh tiba deh saat saya
kena sakit batuk hampir 3 minggu yang mengharuskan saya kudu pake masker.
Karena kebiasaan pake masker, dicoba deh pergi naik motor juga pake masker.
Sebulan berlalu sudah terbiasa. Dan sekarang rasanya aneh kalau pergi tanpa
pake masker. Simple tapi ini habits..
Contoh yang ketiga.. Sejak awal tahun ini saya memutuskan
untuk hijrah. Perlahan memilih untuk berpakaian lebih syar’i.. Agar lebih
totalitas, menurut sebuah akun sosial media bahwa “kaki juga termasuk aurat”. Nah, saya pun mulai menyetok kaos kaki. Pergi
tidak lupa memakai kaos kaki. Lambat laun, ketika tidak memakai kaos kaki
rasanya aneh. Semacam ada yang hilang. Namun, saya belum bisa istiqomah apabila
berada di tempat kerja. Jadi berangkat tetap memakai, sampai di tempat kerja ku
lepas karena takut kepleset ketika berkejaran dengan para murid. Huff...
Berikut ini kutipan dari web nya ustadz Felix Siauw.. “Sebenarnya,
rahasia dari menguasai keahlian apapun bukan terletak pada motivasi, karena
motivasi hanya kunci pembuka awalnya saja, tapi ibu dari segala keahlian adalah
pengulangan (repetisi) dan ayahnya adalah
latihan (practice). Bila seseorang banyak
melatih dan mengulang, terpaksa ataupun sukarela, dia pasti akan menguasai
keahlian tertentu. Inilah namanya pembentukan kebiasaan (habit)”
So, habits itu hasil dari pengulangan-pengulangan. Yang perlu kita lakukan adalah istiqomah untuk mengulang. Untuk membentuk habits, kita bisa usahakan sejak
dini. Lambat laun habits itu akan menghasilnya karakter dan kebiasaan
yang positif. insyaAllah..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar