Rabu, 04 September 2013

Review Video Potrait of a Broken Family by. @marshanda

Broken family adalah fenomena yang sejak dulu ada di kehidupan ini. Ada yang bilang broken home, broken family, unfinished family. Sebenernya apa sih broken family?? Definisi dari Broken Family adalah keluarga dimana peran-peran orangtua tidak mampu mereka penuhi sehingga kebutuhan kesehatan psikologis dan emosional anak terpengaruhi secara negatif. Sebenernya ada peran orangtua yang harus terpenuhi tapi entah nggak mampu atau mungkin tidak memiliki pengetahuan tentang peran orangtua sehingga anak menjadi terbebani, merasa tertolak, merasa terlukai. Broken family tidak hanya keluarga yang bercerai, keluarga yang utuh pun nggak menutup kemungkinan adanya broken family karena peran orangtua yang kurang berfungsi.

Setiap orangtua pasti berusaha sebaik yang mereka bisa dalam mengasuh anaknya. Orangtua hanya meneruskan pengetahuan dari orangtuanya terdahulu. Mereka memilih yang baik-baik dan mengusahakan yang tidak baik baik untuk tidak diteruskan.

Ciri-ciri Broken Family:
1. Gejolak Dinamika emosi atau dinamika suasana hubungan di dalam rumah terasa bergejolak. Kadang bisa happy banget tapi sering kali terjadi pertengkaran, saling menyakiti, seringkali ada pertengkaran yang histeris.
2. Unfinished Business Ketika ada permasalahan tidak pernah diselesaikan secara tuntas. Jarang ketika ada permasalahan dibicarakan, sehingga saling tertutup.
3. Anger & hurt Ada banyak atmosfir kemarahan dan luka, banyak kekecewaan, saling menyakiti dan banyak kemarahan yang terpendam hingga bertahun-tahun.
4. No responsibility Masing-masing anggota keluarga tidak punya tanggungjawab atas dirinya sendiri. Terkadang terjadi blame with others. Contohnya menyalahkan anggota keluarga yang dianggap membuat kecewa, apa yang terjadi pada dirinya karena hasil dari kesalahan yang lain.
5. Perfect Harus terlihat perfect dari luar. Misalnya prestasi anak harus bagus, kehidupannya sukses sementara di dalam sangat banyak luka-luka, bnyk pengalaman yang mungkin nggak bisa dibahas oleh masing-masing anggota keluarga. Nggak ada family discussion dimana seorang anak boleh berekspresi.
6. Non-asertif Asertif adalah kita bisa menyampaikan perasaan kita saat kita bermasalah dengan clear tanpa ada emosi, tanpa ada kebencian. Kita hanya menyampaikan. “saya merasa A jika kamu melakukan B, sehingga itu berdampak pada saya..” hanya menyampaikan itu saja, tanpa ada labelling, kalimat negatif, kalimat yang menyakiti.
7. Tegang Nggak ada suasana fun, spontan, menyenangkan, penuh kasih sayang.
8. Bad behavior is tolerared Perlakuan yang buruk toleransinya sangat tinggi. Misalnya ketika orangtua memukul anaknya, si orangtua dan anak menganggap itu wajar. Dan ketika si anak melakukan perbuatan yang dinilai buruk terhadap orangtuanya pun masih ditoleransi.
9. No self identity Identitas anak tercampur dengan identitas keluarga lainnya. Misalnya seorang anak pertama yang berambisi harus jadi sosok bapak yang baik untuk adik-adiknya karena bapaknya tidak bertanggungjawab terhadap keluarga.
10. Kuat & baik Anggota keluarga harus terlihat kuat dan tangguh namun di dalamnya hancur.
11. Dilarang mementingkan diri sendiri Kalau ada anak yang mementingkan dirinya sendiri dianggap egois. Terkadang anak juga harus mementingkan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya.
12. Orangtua mengatakan “lakukan apa yang saya katakan bukan yang saya lakukan” Jadi, orangtua menasehati anak tidak boleh ini itu namun dianya melakukan itu.

Proses terjadinya Broken Family
*Comparison: Seorang anak menyadari bahwa dia berada di lingkungan broken family.
*Wrong guidence: Si anak membandingkan kondisi keluarga orang lain dengan kondisi keluarganya sendiri. Contohnya ketika anak bercerita pada orangtuanya bahwa keluarga temannya sangat happy, tiba-tiba si orangtua menjawab “ya udah kamu jadi keluarga dia aja”. Padahal si anak ketika bercerita tidak bermaksud untuk menyinggung.
*Acting out: Anak mencari perhatian dari orangtuanya dengan melakukan hal-hal yang negatif. Terkadang orangtua hanya terfokus pada poin-poin negatif dan kurang mengapresiasi hal positif sehingga anak mencari perhatian dari hal yang negatif.
*Value confusion: Contohnya ada seorang kakak yang teriak-teriak, kemudian ditegur oleh orangtuanya. Namun ketika si adik teriak-teriak orangtuanya tidak menegur. Jadi ada penanaman nilai bahwa seorang kakak harus bersikap baik, harus ngalah. Sedangkan adik nggak ngalah nggak apa-apa sehingga kakak merasa tersisihkan.
*Trauma: Ketika anak dimarahi orangtua timbul rasa trauma.

Roles in a broken family:
Dalam broken family ada peran-peran yang diemban oleh seorang anak
1. Hero Anak ingin membenahi kerusakan dalam keluarga, ini yang sering terjadi pada anak pertama, namun tidak menutup kemungkinan anak kedua ataupun anak terakhir.
2. Doer Orang yang suka melakukan tanggungjawab di luar tanggungjawabnya. Biasanya terjadi pada anak yang menajdi tulang punggung keluarga. Dampak ketika dewasa anak akan merasa kesepian, hampa, dan merasa tidak dihargai.
3. Kambing hitam Biasanya terjadi pada anak yang paling jujur atau polos dalam keluarga. Menceritakan tanpa beban apa yang terjadi pada keluarga pada oranglain. Sehingga sering dianggap pemberontak dan dijadikan kambing hitam oleh keluarga. Dampak saat dewasa anak menjadi suka menyakiti diri sendiri.
4. Last child Anak yang kurang dianggap oleh orangtuanya. Ketika dewasa dampaknya menjadi nggak pede-an, susah dalam bersosialisasi, dan pemalu.
5. Princess / little man Anak menjadi kebanggaan orangtua, dan dampak ketika sudah dewasa adalah bisa jadi nggak mau menerima masukan dari orang lain.
6. Mascot Salah satu anak ada yang menjadi penengah ketika terjadi konflik dan mengorbankan perasaannya sendiri. Ketika dewasa ia merasa menjadi orang paling baik sedunia, dan tidak mengijinkan orang lain memberi untuk dia.
7. Family priest Keluarga mengganggap bahwa sex itu tabu. Tidak ada sex edukasi yang sesuai porsi dan etikanya. Anak mengganggap agama hanyalah ritual buka sesuatu yang spiritual.

Demikian review dari video Potrait of Broken Family dari Marshanda. Setelah kita tau seluk beluk tentang broken family, berharap para orangtua ataupun calon orangtua bisa berusaha menjadikan keluarganya menjadi keluarga yang harmonis, saling terbuka, saling support dan bisa saling mengekspresikan diri. Kunci utama sebuah keluarga yang harmonis adalah komunikasi. Tanpa komunikasi keluarga akan terasa hampa. Kalaupun ada keluarga yang broken, belum ada kata terlambat untuk memperbaiki. Mari ciptakan suasana harmonis untuk kesehatan psikologis buah hati.

Ini link untuk melihat videonya:
http://www.youtube.com/watch?v=u8a4QxLGkP4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar