Kisah ini bukan untuk dijadikan kontroversi yaa... just
share aja..
Ibu Ainun Habibie: “Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah
saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu.
Namun, saya pikir: Buat apa uang tambahan dan kepuasan
batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang
perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami kehilangan kedekatan
pada anak sendiri?
Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika
akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk pribadinya
sendiri? Anak saya akan tidak memiliki ibu.
Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak, seimbangkah
orangtua kehilangan anak, dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja?
Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan.
Bertahun-tahun kami bertiga hidup begitu.
Jangan biarkan anak-anakmu hanya bersama pengasuh mereka.
Bagaimana bila dibantu pengasuhan dengan kakek neneknya?
Sudah cukup rasanya membebani orangtua dengan mengurus
kita sejak lahir sampai berumah tangga. Kapan lagi kita mau memberikan
kesempatan kepada orangtua untuk penuh beribadah sepanjang waktu di hari
tuanya.
Mudah-mudahan ini bisa jadi penyemangat dan jawaban untuk
ibu-ibu berijazah yang rela berkorban demi keluarga dan anak-anaknya. Karena
ingin rumah tangganya tetap terjaga dan anak-anak bisa tumbuh dengan penuh perhatian,
tidak hanya dalam hal akademik, tapi juga untuk mendidik agamanya, karena
itulah sejatinya peran orangtua.
Belajar dari kesuksesan orang-orang hebat, selalu ada
pengorbanan dari orang-orang yang berada di belakangnya, yang mungkin namanya
tidak pernah tertulis dalam sejarah. Berbanggalah engkau sang Ibu Rumah Tangga,
karena itulah pekerjaan seorang wanita yang paling mulia. Bagi dunia kamu bukan
siapa-siapa, tapi bagi anak-anakmu kamu adalah dunianya.
Spechless saya baca postingan ini, rasanya terenyuh
mau nangis, tapi susah keluar air mata. Postingan ini menguatkan pilihan hidup
yang akan saya ambil kelak. Full time mom begitu lah impianku. Akan tetapi impian tak semulus yang diharapkan, awalnya
tentu saja mendapat tentangan. “Lah apa gunanya kuliah S1 kalau ujungnya jadi
ibu rumah tangga?” Dengan bersemangat sejak beberapa bulan yang lalu hingga
kini ku jelaskan apa alasan yang mendasari pilihan hidupku ini. Jujur, kalau ngomongin tentang
full time mom ada setengah seneng dan setengah gimana gitu. Tapi rasanya
plong kalau sudah menjelaskan apa alasannya. Bersyukur si Bapak mendukung apa
yang menjadi pilihanku. Emm.. toh sebenernya saya lulus S1 pun tak sia-sia kok,
dari jurusan saya, saya mendapat banyaaak pegangan yang nanti sangat berguna
dalam dunia parenting.
Saya tau orangtua tentunya menginginkan anaknya mendapat
pendidikan yang tinggi, mendapat pekerjaan yang mapan and bla bla bla.. Jadi singkatnya
semacam kesuksesan mendidik anak. Tapi saya nggak bisa ambil diam dengan segala
permasalahan anak di era sekarang. Sekarang aja seperti ini, bagaimana di masa
yang akan datang? Saya hanya ingin memiliki anak yang tidak hanya
akademiknya yang bagus, tapi moral dan spiritualnya juga. Seperti yang pernah
saya posting dulu “Surat Cinta untuk Anakku Kelak" saya ingin orangtuanya lah
yang pertama menjadi tempat bercerita, tempat bertanya selain kepada Allah. Itu
kesuksesan bagi saya. Saya terlalu sedih melihat dan mendengar cerita anak-anak
yang kurang dekat dengan keluarga.
Tentunya ada seorang ibu yang bekerja namun tetap bisa mendidik dengan sukses baik akademik maupun moral spriritual, oowww.... saya inginya totalitas aja... Full time ... Urusan nanti ada sampingan bisnis itu nanti, yang utama full time mom..
Tentunya ada seorang ibu yang bekerja namun tetap bisa mendidik dengan sukses baik akademik maupun moral spriritual, oowww.... saya inginya totalitas aja... Full time ... Urusan nanti ada sampingan bisnis itu nanti, yang utama full time mom..
Pada saat saya menulis naskah ini, saya sembari menengok
beranda Facebook saya, eh ada Pak Darwis Tere Liye yang posting “Buat apa
sekolah?” linknya ini... https://www.facebook.com/darwistereliye/posts/657846574265914
Inti dari postingan itu berhubungan tentang ibu rumah
tangga. Ada pertanyaan buat apa sih sekolah tinggi-tinggi? Buat gelar? Buat
nyari pekerjaan keren? Buat jadi pegawai? dll...Tujuan sekolah
tinggi-tinggi pun setidaknya bukan untuk gelar semata namun faktor agar bermanfaat. Kalau
pun ada yang S1/S2/S3 kemudian memutuskan menjadi ibu rumah tangga, toh ilmunya
bisa tetap bermanfaat. Bisa untuk keluarga ataupun berbagi dengan teman, berbagi dengan tetangga.
Fleksibel aja euy....
Emmm.. tapi kembali lagi sih ke pribadinya masing-masing, semua
orang punya alasan tersendiri. Beginilah prinsip saya yang akan tetap saya
perjuangkan. Be a Full Time Mom... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar